Jumat, 11 Maret 2011

pemulung


PEMULUNG

Pemulung... …
mungkin kita sudah tidak asing lagi mendengar kata itu. Dijakarta sendiri, pemulung banyak kita jumpai disudut-sudut kota. Tidak sedikit orang-orang banyak yang menilai pemulung ini adalah “sampah masyarakat”  karna kebanyakan dari para pemulung ini tidak punya tempat tinggal yang layak dan kehadiran mereka dianggap mengganggu. Kebanyakan dari mereka tinggal di kolong jembatan, pinggiran kali, pinggiran rel kereta, dll.

Tapi banyak orang yang tidak tahu, bahwa sebenarnya pekerjaan mereka sungguh sangat mengagumkan. Hanya bermodalkan karung, tongkat yang berujung besi, mereka mencari barang-barang bekas yang masih bisa didaur ulang.

Dengan diselimuti dengan pakaian yang lusuh, topi dikepala sebagai pelindung dari panasnya terik matahari, pemulung berjalan mencari barang-barang bekas yang masih bisa diaur ulang. Sedikit demi sedikit karung yang ia bawa penuh dengan kardus-kardus & aqua-aqua gelas yang ia ambil dengan tongkat besi yang slalu ia bawa. Disetiap langkahnya, dia hanya bisa memikirkan bagaimana dia bisa makan pada hari ini. Tak ada kata lelah untuk mereka, yang ada hanyalah sebuah keinginannya untuk bisa bertahan hidup dan menjadi orang-orang yang lebih baik.

Untuk mereka pekerjaan ini memang sangat memalukan, tapi mau apa lagi dizaman saat ini mencari pekerjaan memang sangat susah. Dari pada mereka mengemis dan membuat susah orang lain, mereka lebih memilih untuk memulung.pekerjaan mereka memang jauh dari orang-orang yang berpakaian rapi, yang memakai dasi untuk pelengkap kemeja. Mereka hanya memakai baju seadanya. Meskipun begitu mereka tidak malu, malah mereka sangat kagum dengan apa yang mereka kerjakan, dari pada mereka-mereka yang ada dikantor beruangan dingin, pekerjaan mereka memang sangat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar